Sabtu, 04 September 2010

NEUROTIC TEMPTATION - 1 SAMEUL 13:8-15

Pada suatu hari, sebuah perusahaan sisir akan mengadakan ekspansi untuk area pemasaran yang baru. Perusahaan sisir tersebut lalu membuka lowongan pekerjaan. Karyawan baru itu akan ditempatkan di Divisi Marketing. Setelah lowongan dibuka, banyak sekali orang yang mendaftarkan diri untuk mengisinya. Lebih dari 100 orang pelamar datang ke perusahaan itu setiap harinya.
Setelah melalui berbagai proses seleksi yang cukup ketat, terpilihlah tiga kandidat utama. Sebut saja A, B, dan C. Perusahaan lalu melakukan seleksi final dengan memberi tugas kepada tiga orang terpilih. Seleksi finalnya ialah A, B, dan C diminta untuk menjual sisir kepada para biksu – yang tinggal pada sebuah komplek wihara – di area pemasaran baru tersebut – dalam jangka waktu 10 hari. Bagi sebagian orang, tugas ini sangat tidak masuk akal, mengingat biksu-biksu itu berkepala gundul dan tidak pernah memerlukan sisir.
          Sepuluh hari pun berlalu, akhirnya tiba saat ketiga pelamar tersebut datang kembali pada perusahaan untuk melaporkan hasil penjualannya.

Pelamar A:
Saya hanya mampu menjual satu sisir. Saya sudah berusaha menawarkan sisir itu kepada para biksu di sana, tetapi mereka malah marah-marah karena saya dikira melecehkan. Tetapi untung, ketika saya berjalan menuruni tangga, ada seorang biksu muda yang mau membeli satu sisir saya. Sisir itu akan ia gunakan untuk menggaruk kepalanya yang ketombean.

Pelamar B:
Saya berhasil menjual sepuluh buah. Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan – karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya – dan membeli 10 sisir untuk para peziarah – agar mereka menunjukkan rasa hormat pada sang Buddha – saat bersembahyang.

Pelamar C:
Saya berhasil menjual seribu buah. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari di biara itu, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana . Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, “Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.”  Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir bagus dan murah.  Saya lalu meminta pimpinan biksu tersebut untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir – sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1,000 buah sisir.
Memang, akhirnya perusahaan sisir tersebut menerima ketiga orang tersebut sebagai karyawan-karyawan barunya. Tetapi tentu saja posisi mereka di perusahaan dibedakan. Pelamar C ditempatkan sebagai Marketing Manajer yang baru, pelamar B menjadi asisten manajernya, sedangkan pelamar A hanya menjadi sales marketing biasa.

REFLEKSI:
Cerita tersebut menggambarkan riset yang pernah dilakukan oleh Universitas Harvard. Riset tersebut menunjukkan bahwa 85% kesukesan adalah karena sikap dan 15% adalah karena kemampuan. Sikap ternyata lebih penting dari kepandaian, keahlian khusus, dan keberuntungan. Dengan kata lain, pengetahuan profesional hanya menyumbang 15% dari sebuah kesuksesan seseorang dan 85% adalah pemberdayaan diri, hubungan sosial, dan adaptasi.
Kesuksesan dan kegagalan bergantung pada bagaimana sikap dalam menghadapi masalah. Hal ini pulalah yang terjadi pada Raja Saul. Ia gagal memberi response secara tepat atas stimulus/masalah yang sedang dihadapinya. Dan hal tersebut membawa dampak yang sangat fatal terhadap kelangsungan pemerintahannya.

Saudara-saudara sekalian …..
Kalau kita membaca ayat 7-15, maka kita akan menemukan kelanjutan kisah pengurapan Saul menjadi Raja Israel. Dikisahkan bahwa Saul adalah seorang yang sangat muda dan masih tinggal bersama dengan orang tuanya, dan disuruh untuk mencari keledai mereka yang hilang. Ditengah usaha pencarian tersebut, Samuel bertemu dengan Saul, mengurapinya sebagai raja atas Israel, mengatakan kepadanya dimana posisi keledai yang sedang dicarinya. Selanjutnya Samuel memerinthakan Saul agar menemuinya di GILGAL tujuh hari lagi dan agar menunggunya disana agar ia dapat mempersembahkan korban demi Saul.
1 Sam. 10:8 “Engkau harus pergi ke Gilgal mendahului aku, dan CAMKANLAH, aku akan datang kepadamu untuk mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Engkau harus menunggu tujuh hari lamanya, sampai aku datang kepadamu dan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan.”
         
          Selanjutnya dalam Pasal 11 dicatat bahwa Saul dipilih menjadi Raja melalui undian – tentu saja Samuel juga terlibat di dalamnya dan setelah ia memimpin Israel memenangi pertempuran melawan Orang AMON. Selanjutnya sebelum Samuel mengundurkan diri, ia mengumumkan bahwa Saul adalah Raja Israel seperti yang mereka kehendaki (pasal 12).
Seiring berjalannya waktu pasal 13 dicatat bahwa Saul muncul sebagai seorang Raja yang telah membangun pasukan perang, dan memiliki seorang anak yang cukup dewasa untuk memimpin sepertiga pasukanya.
Oleh karena itu saudara-saudara sekalian …., saya menduga bahwa ayat 7-15 merupakan bagian penggenapan dari apa yang telah Samuel sampaikan sebelumnya agar Saul menemui Samuel tujuh hari lagi di GILGAL. Atau mungkin juga Samuel telah membuat perjanjian baru yang tidak di catat di dalam Alkitab.
Dari peristiwa ini saudara-sauadar sekalian …. Saya belajar pentingnya untuk selalu WASPADA dan belajar untuk selalu MAWAS DIRI.

PENDALAMAN:
1.     Realitas Pencobaan
Kesulitan yang sedang dihadapi oleh Saul dan tentaranya sepertinya disebabkan oleh suatu peristiwa yang sifatnya alamiah. Sebuah proses SEBAB-AKIBAT. Diawali dari penyerangan Yonathan di Geba, dimana Yonathan sang Panglima Muda merasa tidak terima dengan HEGEMONI Filistin. Karena peristiwa tersebut, maka orang-orang Filistin mengepung bangsa Israel dengan 3000 kereta, 6000 pasukan berkuda dan pasukan berjalan kaki sebanyak pasir di tepi laut.
Melihat besarnya pasukan yang sedang mengepung mereka, maka mereka berusaha menyelamatkan diri di gua, keluk batu, bukit batu, liang batu, perigi, dan rakyat mengikuti Saul dengan gemetar. Pasukan yang gagah berani yang tercatat di dalam pasal 11, kini bernyali ciut, ketakutan dan sibuk menyelamatkan diri. Ditambah lagi Samuel juga tidak kunjung hadir untuk memimpin persembahan korban seperti yang ia janjikan sebelumnya!
Ditengah kondisi yang kacau inilah komitmen, ketaatan dan kesungguhan Saul di uji. Disinilah karakter rohani Saul sebagai seorang pemimpin diuji. Disinilah ujian sesungguhnya atas loyalitas Saul kepada TUHAN yang telah memilih dan mengurapinya dipertaruhkan. Apakah ia akan tetap setia mempercayai Tuhan yang telah menunjukkan kasih setia kepada-Nya ataukah ia lebih menuruti apa yang menjadi dorongan jiwanya. Pada akhirnya, firman Tuhan mencatat bahwa dia gagal bersikap loyal kepada Tuhan.

Saudara-saudara sekalian ….
Peristiwa ini menyadarkan saya bahwa PENCOBAAN itu sungguh nyata hadir di dalam kehidupan keseharian kita saat ini. Mungkin pencobaan itu menyelinap ke dalam berbagai kebutuhan kita: need of acceptance, achievement, affiliation, maupun need of power yang kita miliki.
Dan saya sungguh mengalami hal tersebut saudara-saudara sekalian … di satu sisi ingin tetap berjalan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Memberitakan firman Tuhan dengan berani tanpa kenal kompromi. Namun disisi yang lain ada juga ketakutan-ketakutan jasmaniah yang mengintimidasi setiap langkah dan keputusan yang saya ambil.
Bercermin dari peristiwa “Pencobaan di Padang Gurun” menyadarkan kita bahwa Iblis sungguh mengetahui secara persis titik-titik lemah hidup kita. Iblis mengetahui secara pasti kerapuhan jiwa kita yang berdosa ini, yang lebih suka melakukan apa yang terlarang ketimbang apa yang dikehendaki Tuhan. Agustinus (354-430), dalam bukunya Confessions, ia menulis tentang ketertarikannya pada hal-hal yang terlarang.
"Di dekat kebun anggur kami ada sebatang pohon pir yang berbuah lebat. Pada suatu malam yang berbadai, kami anak-anak berandalan bersepakat untuk mencurinya .... Kami mengambil begitu banyak pir -- bukan untuk kami nikmati sendiri, melainkan untuk dilemparkan ke babi-babi. Kami hanya makan beberapa, sekadar merasakan nikmatnya buah curian. Buah-buah pir itu enak. Namun bukan pir itu yang diinginkan jiwa saya yang hina ini, karena sebenarnya saya punya banyak yang lebih enak di rumah. Saya mengambilnya hanya untuk menjadi seorang pencuri .... Keinginan untuk  mencuri muncul hanya karena ada larangan mencuri."

Namun syukur kepada Tuhan saudara-saudara sekalian ….
Ia memberikan Roh Kudus untuk berjalan bersama-sama dengan kita sehingga kita dipimpin-Nya ke dalam SEGALA KEBENARAN (Yoh. 14:12-17; 16:13). Untuk itulah kerelaan kita bekerjasama dengan Roh Kudus akan sangat menentukan keberhasilan kita di dalam menghadapai setiap pencobaan yang datang. Bagaimana kita dalam MEMBERI RESPONSE terhadapn pimpinan Roh Kudus, akan sangat mentukan bagaimana kita MERESPON pencobaan, tantangan, dan kesulitan yang ada. Halleluyah ……
Dengan bekerja sama dengan pimpinan Roh Kudus, maka kita akan mampu membuat response secara tepat, apakah itu harus fight atau flight terhadap stimulus, pencobaan yang datang kehadapan kita.  Self Efficacy kita akan semakin matang!

2.     Susahnya Berkata Cukup
Tanda kasih setia dan penyertaan Tuhan atas Israel, tidak cukup menyakinkan SAUL untuk tetap percaya dan berharap kepada-Nya. Kedasyatan Tuhan yang telah memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan membelah Laut Teberau, penyertaan Tuhan di padang gurun selama 40 tahun tanpa harus kekurangan apapun juga, ternyata tidak memberikan jaminan dan rasa aman terhadap jiwa SAUL.
Ditengah kepanikan dan ketakutan rakyatnya, Saul memilih melakukan apa yang bukan menjadi bagiannya yakni mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan dengan diiringi berbagai alas an yang sepertinya masuk akal, ketimbang setia menunggu kehadiran Samuel. Bahkan ketika Samuel datang, ia memberi salam kepada Samuel seolah-olah ia juga menjadi seorang imam (ayat 10). 
Persembahan korban bakaran dan korban keselamatan yang dilakukannya bukan hanya melanggar sebuah kesepakatan; namun juga dapat dipahami sebagai suatu KETIDAK PERCAYAAN kepada Tuhan, yang digerakkan oleh adanya ketakutan akan kehilangan posisi dan kekuasaan. Saul mereduksi konsepnya tentang akan raja menjadi hanya seorang pemimpin perang. Ia berpikir bahwa otoritasnya sebagai seorang raja bergantung pada KESUKSESANNYA di dalam pertempuran.
Apakah sesungguhnya yang sedang terjadi pada Saul sehingga ia memilih untuk mempersembahkan sendiri korban tersebut?
ÿ    Teori Kebutuhan yang dikembangkan oleh McCelland  menolong saya mencoba menemukan alas an tersebut.
Teori ini berpendapat bahwa setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, dan kebutuhan tersebut semakin dipertajam seiring dengan pengalam hidup yang menyertainya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat di klasifikasikan kedalam tiga klasifikasi yakni kebutuhan akan Achievement, Affiliation dan Power.
Dalam kasus Saul ini, saya melihat alas an mengapa dia berani mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan tanpa menunggu Samuel dikarenakan need of powernya begitu besar.  Kemenangan-kemenangan pertempuran yang telah diperolehnya, jabatan raja yang disandangnya meski diperoleh dengan undian, serta popularitas yang semakin menanjak menjadikannya kehausan akan kekuasaan yang lebih lagi.
Terlebih lagi saat itu bangsa Israel sedang berada di bawah “penjajahan ekonomi” bangsa Filistin. Disisi yang lain Yonathan telah memenangi pertempuran di Geba. Dengan demikian, kebutuhannya akan KUASA semakin besar agar ia tidak kalah PAMOR dengan Yonathan maupun Raja Filistin dimata rakyatnya. Kehausannya akan KEKUASAAN hingga mengesampingkan OTORITAS Tuhan yang telah memilih dan mengurapinya.
ÿ    “Neurosis and Human Growth” yang ditulis oleh Karen Horney juga menolong kita melihat dengan lebih jelas lagi mengapa Saul melakukan hal tersebut.
Horney mengklasifikasikan kesepuluh kebutuhan neoritik manusia ke dalam tiga klasifikasi besar yakni: Moving toward people, Moving Against people, Moving Away people. Berdasarkan penjelasan dan klasifikasi tersebut, maka dapatlah kita memahami apa yang di lakukan Saul sebagai tindakan MOVING AGAINST PEOPLE/GOD. Ia rela melawan TUHAN asal mendapat dukungan MASSA. Selain Saul, kecenderungan MOVING AGAINST PEOPLE/GOD juga di miliki oleh Kain yang membunuh Habil, Herodes yang ingin membunuh bayi Yesus, dan juga para pemimpin Yahudi di dalam Kis. 5.

Saudara-saudara sekalian …..
Apa yang di lakukan oleh Saul, merupakan upaya terakhirnya untuk tetap memperoleh kuasa, kendali, pengakuan, respek dari rakyat dan tentaranya yang sedang mengalami KETAKUTAN oleh karena besarnya jumlah pasukan Filistin yang sedang mengepung mereka.
Besarnya pasukan Filistin yang mengepung, kocar kacirnya pasukan yang menyertainya, dan ketidak kunjung hadirnya Samuel menjadi pemicu hadirnya need of power dan neurotic neednya.
Saul rela memanipulasi Tuhan, melanggar apa yang telah menjadi ketetapan Tuhan hanya karena besarnya dorongan akan need of power dan neurotic needs nya. Dampak dari perbuatannya tersebut adalah dicabutnya mandate raja atas dirinya. Ayat 13-14 berkata « Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah Tuhan, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu ; sebab sedianya Tuhan mengokohkan kerajaanmu atas orang Israel untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. Tuhan telah memilih seseorang yang berkenan di hati-Nya dan Tuhan telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan kepadamu. »

PENUTUP:
Saudara-saudara sekalian
Saya pernah membaca tentang suatu cara menarik yang digunakan orang Afrika Utara untuk menangkap kera. Untuk menangkap kera seorang pemburu akan mengeluarkan isi sebuah labu lalu membuat lubang yang hanya cukup dimasuki tangan kera di salah satu sisi labu itu. Kemudian labu itu diisi dengan kacang dan diikatkan pada sebatang pohon.
Kera yang penasaran itu akan tertarik dengan bau kacang, sehingga ia memasukkan tangannya ke dalam labu dan meraup kacang itu. Namun, lubang pada labu itu terlalu kecil baginya, sehingga ia tidak dapat mengeluarkan tangannya karena genggamannya penuh berisi kacang. Karena tidak mau melepaskan kacang dalam genggamannya, kera itu akhirnya dapat dengan mudah ditangkap oleh si pemburu. Kera itu sebenarnya menjerat dirinya sendiri karena tak mau melepaskan genggamannya!
          Begitupula halnya dengan realitas jerat iblis dalam kehidupan kita sebagai hamba-hamba Tuhan. Perangkap itu dapat berupa kebutuhan kita akan popularitas, posisi, maupun ambisi yang terbalut dalam sebuah visi yang tercermin dalam sebuah kalimat yang rohani. Itulah sebabnya kita perlu waspada!

Patut kita renungkan bersama-sama saudara-saudara sekalian
1.     Apakah yang sesungguhnya kita cari ketika kita sedang berdoa, pelayanan dengan rajin, berkhotbah kemana-mana, kuliah dengan mengerjakan tugas yang begitu sulit
2.     Apakah sesungguhnya yang kita cari, apakah sesungguhnya yang menjadi pendorong utama ketika dalam rapat majelis kita memutuskan “melawan majelis,” “mengkritik sistim gereja,” “menyalahkan sana-sini?” dan akhirnya “memutuskan pindah tempat pelayanan”
Apakah semuanya itu didasarkan atas sebuah keyakinan bahwa hal tersebut adalah kehendak Tuhan, ataukah hanyalah manifestasi dari needs of power dan jiwa neurotic semata.

Akhirnya saudara-saudara sekalian ….
Melalui kisah Saul ini kiranya menyadarkan kita semua untuk terus WASPADA dan MENANTIKAN TUHAN dengan PENUH KESETIAAN ditengah konteks kehidupan yang terus bergerak. Ditengah tuntutan jemaat yang kian hari semakin irrasional  
ÿ    Meskipun berbagai peluang yang sepertinya SANGAT masuk AKAL terbentang luas di depan kita.
ÿ    Meskipun dorongan untuk BERTINDAK CEPAT itu menekan kuat jauh di dalam batin kita.
ÿ    Meskipun secara perhitungan MATEMATIS sangatlah MASUK akal.
Karena ketika kita salah melangkah, mungkin kita tetap bias saja pelayanan seperti halnya Raja Saul masih bias terus memerintah untuk beberapa waktu lamnya. Namun, kita akan melayani TANPA PENGURAPAN DAN PENYERTAAN TUHAN.
Pada tiga pasal selanjutnya kita menemukan bagaimana akhir hidup Saul. Terokupasi oleh Filistin, Saul lupa akan Tuhan, melupakan bahwa ia telah diurapi dan apa yang harus dilakukannya; dan pada saat itulah Samuel mengumumkan kejatuhannya. Sungguh sebuah akhir yang MENYAKITKAN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar