Selasa, 28 September 2010

KEHIDUPAN RAJA UZIA DITINJAU DARI SOCIAL LEARNING THEORY



2 Tawarik 26:1-5
“Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil.”

          Dalam hidup ini tanpa kita sadari, sesunggunya telah terjadi proses belajar-mengajar secara informal. Melalui observasi perilaku, sikap, dan tindakan yang di lakukan oleh sesama, secara tidak langsung kita telah merekamnya dalam ingatan kita. Albert Bandura menyebut proses ini sebagai Social Learning Theory. Bandura berpendapat bahwa “sebagian besar perilaku manusia merupakan hasil observasi melalui proses modeling: dengan mengamati sesamanya, suatu bentuk ide bagaimana perilaku baru dapat dilakukan,  dan selanjutnya informasi yang telah di dapat tersebut menjadi panduan untuk melakukan suatu tindakan.”
          Social Learning Theory memaparkan bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari interaksi kontinu antara  cognitive (pikiran), behavioral (tindakan/perilaku), dan environmental influence (pengaruh lingkungan).  Untuk mencipotakan pola Modeling yang efektif, maka dibutuhkan 4 (empat) unsure penting:
1.     Attention – ada berbagai factor yang harus dipertimbangkan agar dapat memberikan perhatian yang maksimal. Termasuk di dalamnya kehususan, afeksi, kompleksitas, nilai fungsinya, kelazimannya. Kepribadian seseorang sangat mempengaruhi bagaimana ia memberikan perhatian.
2.     Retention – mengingatkan apa yang telah diperhatikan. Termasuk di dalamnya kode-kode simbolis, gambaran-gambaran mental, pengorganisasian pikiran, latihan/repetisi secara simbolis dan motoris.
3.     Reproduction – menghasilkan suatu gambaran. Termasuk di dalamnya kemampuan secara fisik, dan kemampuan mereproduksi secara mandiri.
4.     Motivation – mempunyai alas an yang kuat untuk melakukan imitasi/peniruan. Termasuk motivasi yang didorong oleh masa lalu (perilaku tradisional), janji (menggambarkan intensife yang akan diperoleh), dan berperan sebagai perwakilan (melihat dan mengingat pujian yang akan diterima oleh idolanya).
          Dengan demikian, sesungguhnya kondisi dunia sekitar kita dan perilaku yang kita nyatakan sangat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap sesame kita.

          Dalam bacaan di atas di nyatakan bahwa Uzia anak dari Raja Amazia, di bawah bimbingan Nabi Zaharia, ia mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kemudian timbullah pertanyaan, “Siapakah Amazia?” “Apakah yang dikerjakan oleh Amazia dan apakah yang terjadi padanya?” dan “Mengapakah Uzia mencari dan hidup takut akan Tuhan hanya selama hidup Zakharia?” Apakah sesungguhnya yang terjadi?

1.     Modeling Effects
·         Siapakah Amazia? – 2 Taw. 25:1-26; 2 Raj. 14:1-22
  • Berumur 25 tahun waktu menjadi raja
  • Memerintah selama 29 tahun
  • Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, hanya bukan seperti Daud, bapa leluhurnya – bukit-bukit pengorbanan tidaklah di jauhkan.
·         Dari mana Amazia belajar akan hal itu?
·         Keberanian untuk tetap memelihara bukit-bukit pengorbanan di dapat dari orang tuanya.
·         Uzia meniru Amazia, sementara Amazia meniru dari Yoas (2 Raj. 12:2-3 bdg 2 Raj. 14:3-4)
·         Ketika berada di dalam krisis, Yoas, Amazia, dan Uzia mempunyai tipikal penyelesain masalah yang sama – memakai pemikirannya sendiri
1.     Yoas – ketika dalam krisis mengambil perbendaharaan Rumah Tuhan untuk dijadikan uang pendamaian. Yoas berbalik melawan Allah ketika imam Yoyada sudah meninggal (2 Taw. 24:17-19)
2.     Amazia – mengabaikan suara Tuhan karena ia menganggap Tuhan menghalangi rencana/keinginannya
3.     Uzia – berlaku sebagai raja sekaligus imam bagi Yehuda.
4.     Ketiganya rela melwan ketetapan Tuhan demi keinginannya.
·         Dengan demikian dapat dipahami bahwa Apa yang terjadi pada Uzia, merupakan dampak dari sebuah system yang telah terjadi selama ini. Orang tua dan lingkungan telah memwariskan pola attention, retention, reproduction dan motivation yang sangat kuat terhadap dirinya – as predisposing factors.
 
2.     Siapakah Uzia
·         Uzia dipilih bangsa Yehuda menggantikan Amazia ayahnya sejak usia enam belas tahun dan memerintah sampai lima puluh dua tahun lamanya. Satu hal yang langka.
·         Pada awal masa pemerintahannya ia sangat memperhatikan Tuhan -- peranan nabi Zakharia yang menjadi pendamping besar sekali di sini. Berkat Tuhan melimpah ke atasnya. Mulai dari penaklukan bangsa-bangsa Filistin, Amon, dan Arab, bahkan nama Uzia tersohor sampai ke Mesir -- salah satu negara raksasa pada zamannya (ayat 8). Tuhan memberinya kesempatan untuk menambahkan beberapa bangunan dan memperkuat tembok kota Yerusalem, memberkati ekonomi rakyat terutama dalam bidang pertanian dan peternakan (ayat 10). Juga dalam bidang militer, Yehuda menjadi negara yang kuat karena mempunyai pasukan elite yang hebat dan berhasil mengembangkan teknologi militer yang canggih pada zamannya (ayat 11-15).
·         Peran Nabi Zakharia -- Zakharia dipanggil untuk memberikan pimpinan rohani dengan tujuan memperbaharui masyarakat, mengingatkan akan tujuan yang sebenarnya dan mendorong untuk memenuhi kewajibannya menjadi kesaksian yang hidup kepada bangsa-bangsa lain
·         Dampak Kematian Nabi Zakharia – Uzia kehilangan “pegangan hidup” dampaknya adalah
·         Melakukan apa yang merusak, berubah setia kepada Tuhan, dan bahkan bertindak melawan ketetapan Allah.
·         Semasa hidup Zakharia --  Uzia mempunyai orang yang senantiasa membimbingnya untuk menjadi besar, akan tetapi hatinya tidak dibereskan.
·         Sehingga ketika Zakharia mati, ia kembali ke pola/system yang telah di warisi dari keluarganya.
·         Semua Attention, Retention, Motivation, and Reproduction kembali ke pola system yang telah di warisinya dari nenek moyangnya.

3.     Refleksi

·         Hukum Pengaruh
          Dalam Social Learning Theory kita telah belajar bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari interaksi kontinu antara  cognitive (pikiran), behavioral (tindakan/perilaku), dan environmental influence (pengaruh lingkungan).  Dan hal itulah yang telah dilakukan oleh Raja Uzia. Dampaknya adalah ketika ia dekat dengan orang yang tepat (Nabi Zakharia), ia bertumbuh menjadi pribadi yang berkenan kepada Tuhan. Ia mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh.
          Akan tetapi ketika ia tidak bersama lagi bersama dengan Nabi Zakharia, maka ceritanya menjadi lain. Uzia lupa diri, ngelunjak, takabur, arogan, meremehkan Tuhan. Ketetapan Tuhan yang membagi kuasa pemerintahan dari penyelenggaraan ibadah tak ia hiraukan. Ia lancang membakar sendiri ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan di tempat kudus (ayat 17), melecehkan Azarya yang seharusnya bertugas dan marah besar ketika diperingatkan. Akibatnya, Tuhan membuatnya mendadak terkena kusta di dahi yang memaksanya keluar dari rumah Tuhan karena najis. Ia dikarantina karena penyakit itu. Ironis bahwa seorang raja yang tersohor harus mati dalam kesepian dan kesendirian dengan tanda kutuk hadir seterusnya di tubuhnya.
          Bercermin dari peristiwa Uzia dan kebenaran firman Tuhan dalam 1 Kor. 15:33 “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Maka patutlah kita mulai mengevaluasi diri, “Dengan siapakah kita bergaul sekarang ini?” “siapakah yang menjadi orang-orang terdekatku?”
          Robert T Kiyosaki dalam suatu seminar menyatakan bahwa “Dengan siapa anda menghabiskan waktu, itulah masa depan anda.” Robert Kiyosaki pernah mengikuti sebuah seminar 22 tahun yang lalu dimana instrukturnya meminta Robert menuliskan enam nama orang yang paling sering melewatkan waktu bersama Robert. Kemudian instruktur tersebut menulis dan mengumumkan, “Kalian sedang menatap masa depan kalian, keenam orang yang paling sering meluangkan waktu bersama kalian adalah masa depan kalian.”           Hal ini dapat terjadi karena terjadinya reciprocal determination – lingkungan seseorang akan mempengaruhi perilaku seseorang. Amsal 13:20 berkata,"Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."
          Oleh karena itu sebelum terlambat, maka pilihlah siapa yang akan menjadi teman dekat Anda dengan hati-hati. Pepatah kuno berkata, "Orang yang berbaring bersama anjing akan bangun bersama kutunya." Thomas Carlyle mengatakan, "Tunjukkan kepada saya orang yang Anda hormati, dan saya akan tahu orang seperti apa Anda, karena hal itu menunjukkan pada saya sosok manusia ideal Anda, dan bahwa Anda ingin menjadi orang seperti itu.”

·         Personal Responsibility
          Dalam hidup ini ada hal-hal yang tidak dapat kita tolak/hindari karena hal itu kita warisi dari orang tua kita – predisposing factors. Akan tetapi, kita bisa membuat strategi agar predisposing factors tersebut tidak menghambat/menghancurkan hidup kita. Ketidak mampuan kita melakukan dealing with predisposing factor, sangat berbahaya. Hal itulah yang di alami oleh Raja Uzia.
          Raja Uzia tidak mampu keluar dari pola hidup yang telah ia pelajari dari orang tua dan lingkungannya. Sehingga ketiadaan Zakaria dan kemasyurannya menjadi pemicu untuk kembali kepada pola hidup yang telah tertanam di dalam hatinya.
          Dari persitiwa ini kita dapat belajar bahwa, dibutuhkan suatu tanggung jawab untuk menginternalisasikan kebenaran. Sehingga kebenaran itu bukan hanya menjadi parts of life namun menjadi kehidupan itu sendiri. Dengan demikian, ada tidak adanya mentor di samping kita, besar kecilnya predisposing factors yang kita warisi tetap akan mampu kita atasi. Sehingga kita bisa memberi melakukan thinking, feeling, and action secara akurat dan tepat.
          Dalam kitab Rom 8:29 di catat bahwa “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Hal ini berarti bahwa The final Purpose of God adalah kita menjadi serupa dengan Kristus. Untuk dapat menjadi serupa dengan Kristus, maka Tuhan memberikan kuasa kepada kita. Yoh. 1:14 mencatat bahwa “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” Dengan demikian persoalan dealing with predisposing factors bukanlah soal bisa atau tidak, namun soal willingness.
          Untuk memiliki kemauan yang kuat untuk berubah menjadi serupa dengan Kristus, maka belajar dari Social Learning Theory kita perlu membuat strategy of Life. Apakah strategy of Life itu?
a.     Mengenali “apakah sesungguhnya yang Aku butuhkan?”. Teori Kebutuhan – Abraham Maslow,  dengan mengetahui kebutuhan dasar, maka kita akan terdorong untuk rela membayar harga. Apakah kebutuhan dasar kita? Memuliakan Tuhan.
b.     Mengembangkan Persepsi Iman. Teori Harapan – Victor Vroom, teori ini beragumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut.
2 Taw. 26:5 “…Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil.”
Untuk dapat terus bertumbuh dalam Personal Responsibility, maka hal kedua yang perlu ada di dalam hati kita adalah keyakinan. Keyakinan bahwa ketekunan kita di dalam berjalan bersama dengan Tuhan, memikul salib, dan menyangkal diri  akan beroleh berkat-Nya.

Jumat, 17 September 2010

IKAN KECIL DAN AIR

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang bincang di tepi sungai. Kata ayah kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”
            Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai, tahukah kamu dimana air? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”
            Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, “Dimanakah air?”
            Jawab ikan sepuh, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati.”
            Mungkin saya,anda dan orang-orang disekitar kita kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, kita mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal kita sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan itu sedang melingkupi kita semua sampai-sampai kita tidak tidak menyadarinya.

Minggu, 12 September 2010

PANGGILAN MENJADI HAMBA DAN PELAYAN MATIUS 20:20-28





PENDAHULUAN

Ada sebuah kisah Yahudi kuno tentang seorang Rabbi yang sedang bercakap-cakap dengan Tuhan tentang Surga dan Neraka. “Aku tunjukkan kepadamu seperti apa neraka itu,” kata Tuhan. Lalu mereka berdua pergi ke dalam suatu ruangan dimana di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah mangkok yang sangat besar berisi sayuran sop yang sangat lezat. Aroma masakan itu begitu sangat lezat, akan tetapi di sekeliling mangkok tersebut duduklah begitu banyak orang yang sangat kurus, menderita dan kelaparan. Mereka semua memegang sendok yang mempunyai gagang yang sangat panjang. Pegangan sendok tersebut jauh lebih panjang ketimbang lengan mereka sendiri. Dengan demikian adalah tidak mungkin bagi mereka untuk mengambil sop dan memasukkan ke dalam mulut mereka. “Seperti inilah kondisi neraka,” kata Tuhan
Lalu Tuhan membawa Rabbi tersebut ke ruangan lainnya sembari berkata, “Sekarang Aku akan tunjukkan kepadamu Surga itu seperti apa.” Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah mangkok yang sama seperti di ruangan yang pertama. Orang-orang yang duduk mengelilingi mangkok tersebut memiliki sendok yang ukurannya sama dengan apa yang ada di ruangan sebelumnya. Akan tetapi orang-orang tersebut gemuk-gemuk, penuh dengan sukacita dan saling bercanda satu dengan yang lain. Setiap orang dapat makan sampai puas. “Aku tidak dapat memahami hal ini,” kata Rabbi tersebut. “Mengapa mereka begitu berbahagia di dalam ruangan ini, sementara di ruangan sebelah begitu menderita?” Tuhan tersenyum, “Ah, tidakkah engkau lihat?” Dia bertanya. “Ini hal yang sangat sederhana. Di ruangan sebelah setiap orang berjuang memberi makan pada dirinya sendiri. Di sini, di Surga ini, setiap orang saling belajar untuk memberi makan satu dengan yang lainnya.”
Hari ini kita akan belajar tentang melayani satu dengan yang lain sebagai mana yang Tuhan ajarkan dalam bacaan kita hari ini, di tengah era postmodern dan selfish.

Saudara-saudara sekalian …..
Ketika saya membaca buku ”How to Help Children with Common Problems” maka saya menemukan alas an mengapa anak bias bertumbuh menjadi pribadi yang egois/egosentris. Dalam buku tersebut di jelaskan TIGA factor yang menjadi penyebab timbulnya sifat EGOIS/EGOSENTRIS:
1.     Rasa Takut. Anak bersikap egois karena ketakutan terhadap kedekatan dengan orang lain, penolakan, ditinggalkan atau perubahan yang seluruhnya dapat berhubungan satu dengan yang lain sehingga merupakan ketakutan secara menyeluruh terhadap kehidupan. Rasa takut yang telah tertanam tersebut menyebabkan ia takut berhubungan dengan orang lain dan hanya peduli pada keselamatan dirinya sendiri.
2.     Sikap Manja. Disebabkan karena orang tua memanjakan anak dengan terlalu melindungi dan memberikan segala hal. Penyebab orang tua memanjakan anak:
ÿ     Orang tua berusaha mencegah segala ketidak nyaman dan terdorong untuk memenuhi seluruh keinginan anak.
ÿ     Orang tua yang pada masa kecilnya kekurangan, menginginkan anak mereka memiliki segala hal yang mereka peroleh dulu.
ÿ     Orang tua yang tidak mengharapkan memiliki anak, akan merasa bersalah, dan bereaksi berlebihan dengan terlalu memperdulikan dan terlalu baik pada anak-anaknya.
3.     Kepribadian Tidak Matang. Anak yang tidak tolerir pada frustrasi dan selalu memperoleh apa yang diinginkan, tidak dapat mengendalikan diri. Mereka selalu merasa benar dan tetap melakukan segala hal sesuai keinginannya. Mereka tidak dapat bertanggung jawab. Disamping itu anak yang tidak matang, tidak mengembangkan persepsi social serta tingkah laku yang tepat, sehingga ia tidak mampu mengambil keputusan atau bertindak dengan tetap peduli pada orang lain. Oleh karena itu tingkah lakunya tidak tepat dan tidak sensitive.

PENDALAMAN
Saudara-saudara sekalian …………..
Hal ini pulalah yang terjadi pada Yakobus dan Yohanes serta kesepuluh murid yang lain.
ÿ     Saya sungguh percaya bahwa mereka telah MEMAHAMI SECARA AKURAT apakah yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus tentang « Perumpaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur» (ayat 1-16) dan Pesan tersembunyi dibalik “Pemberitahuan ketiga tentang penderitaan Yesus”
ÿ     Oleh karena mereka menangkap secara AKURAT, maka rasa takut, manja dan kepribadiannya yang tidak matang mulai memberi response.
ÿ     Menurut dugaan saya …. Yakobus dan Yohanes bercerita kepada MAMINYA tentang segala sesuatu yang mereka dengar, dampak setelah mendengar perkataan tersebut (tentang rasa takut, kuatir, tertolak, konflik, dll), serta keinginan tentang apa yang harus Tuhan Yesus lakukan kepada mereka berdua. Lalu … mereka berdua meminta agar MAMINYA mengambil alih persoalan dan mewujudkan keinginan mereka berdua.
ÿ     Kalau dalam Teori Belajarnya James Marcia, Yakobus dan Yohanes memiliki Identity Foreclosure. Karena ketika mereka menghadapi kriris, MAMINYA turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan mendatangi Yesus.

Saudara-saudara sekalian ….
Mereka berdua mengatur cara tertentu untuk menyatakan maksud mereka itu. Mereka membuat ibu mereka menyampaikan keinginan itu, supaya terlihat seakan-akan itu adalah permintaan sang ibu, dan bukan mereka.
Ayat 20-21 mencatat “Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud dihadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi disebelah kiri-Mu.”
Dibalik permintaan kedua murid itu tersembunyi kesombongan, suatu kecongkakan demi kepentingan diri sendiri, sikap memandang rendah saudara mereka, dan keinginan sombong akan kehormatan dan kedudukan yang lebih tinggi. Semua keinginan tersebut di dorong oleh karena adanya rasa takut, sikap manja dan kepribadian yang belum matang dalam diri mereka.

RESPONSE
1.     Apakah Response Yesus?
Jawab Yesus Kristus atas permintaan ini (ayat 22-23), yang ditujukan bukan kepada sang ibu, tetapi kepada kedua putranya yang mendorongnya untuk mengajukan permintaan itu. Jawab Yesus sangat halus. Kedua murid dikuasai oleh keinginan kuat yang keliru – kalau di dalam Teori Kebutuhannya David Macelland, Need of Power kedua murid tersebut begitu tinggi hingga mengalahkan need of achievement dan affiliationnya. Akantetapi Kristus memimpin mereka ke jalan yang benar dengan roh lemah lembut.
“Kamu tidak tau, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum ?” – secara tidak langsung Kristus hendak memberi penyadaran kepada keduanya tentang proses yang harus dilalui, harga yang harus di bayar untuk mencapai posisi tersebut. Mereka hanya berorientasi pada HASIL dan mengabaikan PROSES yang harus dilewati.
Yakobus, Yohanes dan ibunya gagal memamahi secara benar tentang apa yang telah Kristus ajarkan mengenai Upah (19 :16-30) dan hidup yang Kekal (20 :1-6). Mereka gagal memahami tentang  PENDERITAAN yang harus mereka bayar sebelum masuk ke dalam KEMULIAAN KERAJAAN-NYA. « CAWAN » merupakan penderitaan dan penyaliban yang Kristus harus hadapi.

Saudara-saudara sekalian …..
Response Yesus Kristus yang penuh kelembutan berbanding terbalik dengan RESPONSE kesepuluh murid yang lain.

2.     Apakah Response Para Murid ?
Mendengar permintaan tersebut, ayat 24 mencatat bahwa « Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. »
Mengapa para murid menjadi marah? Apakah para murid memiliki pemahaman yang sama dengan Tuhan Yesus Kristus terhadap PERMINTAAN mereka itu? Ataukah oleh karena sebab dan pertimbangan lain?
Ternyata kemarahan para murid lebih disebabkan oleh karena mereka sesungguhnya mempunyai KEINGINAN yang SAMA, namun mereka memakai defense mechanism REPRESI. Mereka juga mempunyai keinginan untuk dapat duduk disebelah kanan dan kiri Tuhan, namun SUNGKAN mengatakannya.
Hal ini dapat kita telusur di dalam Pasal 18:1 “Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?”

Saudara-saudara sekalian …………
Mendengar GEJOLAK yang sedang MENGGEJALA tersebut, Tuhan Yesus memberikan RESPONSE yang sangat luar biasa. Dalam ayat 26 dicatat « Tidaklah demikian diantara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu »
Sungguh suatu PARADOKS dengan Konsep Dunia tentang KESUKSESAN. Dalam bukunya yang berjudul The 100 Absolutely Unbreakable Laws of Business Succes, Brian Tracy membagi 8 kategori: Kehidupan, Sukses, Bisnis, Kepemimpian, Uang, Penjualan, Negosiasi, dan Menejemen Waktu. Di dalam setiap kategori, Tracy mendetailkan dengan hokum-hukum yang lebih spesifik lagi seperti hokum sebab-akibat, hokum melayani, hokum meningkatkan untung, hokum kompensasi dan hokum independensi.
Ujung dari semuanya adalah SAYA SEMAKIN BERTAMBAH-TAMBAH dan ORANG LAIN SEMAKIN BERKURANG-KURANG.

Akantetapi bagi Yesus, saudara-saudara sekalian  …………..
ÿ     Untuk dapat menjadi Besar maka jalan yang harus di tempuh adalah dengan menjadi PELAYAN.
ÿ     Untuk menjadi terkemuka, maka harus menjadi HAMBA
Tujuan akhir dari semuanya ini adalah “Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, dan jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di Sorga.”
Ya … kata kuncinya adalah Menjadi PELAYAN dan HAMBA.
Di dalam Perjanjian Lama ketika seseorang memiliki budak, maka mereka hanya diijinkan untuk memakai hamba/budak tersebut selama tujuh tahun lamanya. Setelah itu, budak tersebut diijinkan untuk bebas. Namun di dalam Ulangan 15:16 … mencatat bahwa apabila hamba tersebut tidak mau meninggalkan tuannya, karena ia sungguh mengasihi tuannya dan tuannya begitu peduli dengannya. Maka ia berkata kepada tuannya “Aku mau menjadi budak/bondslave.”
Lalu tuannya membawa budak tersebut membawa kepada pemerintah terdekat. Budak tersebut berdiri disamping gerbang kota, meletakkan cuping telinganya di pintu gerbang, dilubangi dan mengenakan anting-anting. Dengan upacara tersebut ia telah menjadi budak tuannya seumur hidup (bd. Kel. 21:1-8)
Seorang bondslave melayani tuannya karena pilihan dan cintanya. Dia tidak bebas lagi melakukan segala sesuatu yang diinginkannya. Dia telah memilih untuk melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuannya. Seorang bondslave adalah seorang yang hidupnya telah ditandai. Ketika orang lain melihatnya, maka orang tersebut langsung mengetahui bahwa dia adalah seorang bond slave.

Pertanyaan sekarang saudara-saudara sekalian ….
Bagaimanakah caranya agar ditengah gaya hidup dunia yang HEDONIS yakni menempatkan kesenangan sebagai nilai tertinggi dalam hidup dan sebagai sasaran yang wajib segera dikejar. Kita tetap sadar dan setia menjalani panggilan kita sebagai HAMBA dan PELAYAN?
AIR dan AWAN
Di sebuah tempat nan jauh dari kota  di Jawa Barat , tampak seorang pemuda bergegas menuju surau kecil. Wajahnya menampakkan kegelisahan dan kegamangan. Ia seperti mencari sesuatu di surau itu.
"Assalamu'alaikum, Kabayan " ucapnya ke Kabayan yang terlihat sibuk menyapu ruangan surau. Spontan, si Kabayan itu menghentikan sibuknya. Ia menoleh ke si pemuda dan senyumnya pun mengembang. 
"Wa'alaikumussalam. Mangga. Mari masuk!" ucapnya sambil meletakkan sapu di sudut ruangan. Setelah itu, ia dan sang tamu pun duduk bersila.
"Ada apa, Jang?" ucapnya dengan senyum yang tak juga menguncup.
"Kabayan , Aku diterima kerja di kota!" ungkap sang pemuda kemudian.
"Syukurlah," timpal si Kabayan bahagia. "Kabayan, kalau tidak keberatan, berikan aku petuah agar bisa berhasil!" ucap sang pemuda sambil menunduk. 
Ia pun menanti ucapan si Kabayan di hadapannya.
"Jang, Jadilah seperti air. Dan jangan ikuti jejak awan," untaian kalimat singkat meluncur tenang dari mulut si Kabayan. Sang pemuda belum bereaksi. Ia seperti berpikir keras memaknai kata-kata Kabayan. 
Tapi, tak berhasil. "Maksud, Kabayan?" ucapnya kemudian.
"Jang , Air mengajarkan kita untuk senantiasa merendah. Walau berasal dari tempat yang tinggi, ia selalu ingin ke bawah. Semakin besar, semakin banyak jumlahnya; air kian bersemangat untuk bergerak kebawah. Ia selalu mencari celah untuk bisa mengaliri dunia dibawahnya," jelas si Kabayan dengan tenang.
"Lalu dengan awan, Kabayan?" tanya si pemuda penasaran.
"Jangan sekali-kali seperti awan, Jang. Perhatikanlah! Awan berasal dari tempat yang rendah, tapi ingin cepat berada di tempat tinggi. Semakin ringan, semakin ia tidak berbobot; awan semakin ingin cepat meninggi," terang si Kabayan begitu bijak. 
"Tapi Jang," tambahnya kemudian. "Ketinggian awan cuma jadi bahan permainan angin." Dan si pemuda pun tampak mengangguk pelan.

Saudara-saudara sekalian …..
Kembali ke pertanyaan tadi, Tetapi bagaimanakah caranya agar ditengah gaya hidup dunia yang HEDONIS ini  kita tetap sadar bahwa kita adalah HAMBA dan PELAYAN?

Saya menemukan bahwa
ÿ     Kita semua butuh memperbanyak Being Personal dengan Tuhan.
ÿ     Memperbanyak mempertemukan diri dengan Dia sang AIR HIDUP itu.
  1. Sehingga hidup kita kian hari, kian dipenuhi dengan Air Hidup itu. Dengan demikian di dalam diri kita akan mengalir aliran Air Hidup dengan limpahnya sehingga kita akan semakin mengenali diri di hadapan-Nya dan memahami esensi serta makna Panggilan-Nya.
  2. Dengan demikian kita akan dimampukan memberi pertanggungan jawab iman terhadap apa yang telah dipercayakan-Nya kepada kita dengan sebaik-baiknya. Mampu membuat prioritas dan pilihan pelayanan yang sungguh-sungguh memuliakan nama Tuhan. Sehingga pelayanan kita … sungguh-sungguh mengubah hati dan hidup jemaat sehingga mereka memuliakan Tuhan Yesus Kristus.

PENUTUP:
Thomas a Kempis dalam bukunya yang berjudul The Imitation of Christ – saya kutip dari buku The Incomparable Christ/Kristus yang Tiada Taranya, ia menuliskan:
Ya, Engkau mempelai jiwaku yang termanis, Yesus Kristus, Engkaulah kekasih yang termurni, Tuhan atas segala ciptaan! Siapakah yang akan memberiku sayap kebebasan sejati, sehingga aku boleh terbang ke peristirahatan terakhir dalam diri-Mu! O, bilamanakah anugerah rohani ini diberikan kepadaku, sehingga dalam ketenangan akal budiku aku boleh melihat betapa manisnya Engkau, ya Tuhan Allahku? Bilamakah aku boleh menjadi satu dengan-Mu? Bilamanakah, karena kasihku yang mendalam, aku tak lagi sadar akan diriku sendiri, melainkan hanya akan Engkau semata-mata.

Sejenak kemudan dalam pasal yang sama dia berseru kembali:
Ya Yesus, Engkaulah gemerlap kemuliaan yang kekal, Engkaulah penghiburan pada jiwa musafir … berapa lama lagi ya Tuhan, Engaku akan datang? Biarlah Dia datang kepadaku, hamba-Nya yang malang, dan membuatnya bersukacita …. Datanglah, ya datanglah! Sebab tanpa Engkau takkan ada hari atau jam yang membahagiakan; sebab Engkaulah sukacitaku, dan tanpa Engaku mejaku hampa.
Biarlah orang lain mencari kesukaan mereka selain Engkau; tetapi bagiku tidak ada yang lain yang dapat menyukakan diriku selain Engkau saja, Allahku, pengharapanku, keselamatanku yang abadai.

Saudara-saudara sekalian …..
Dengan senantiasa membawa diri kita bertemu muka dengan Tuhan, maka kita akan semakin memahami makna “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Akhirnya saudara-saudara sekalian …. Meminjam perkataan Thomas a Kempis … Biarlah orang lain mencari kesukaan mereka selain Engkau: Mungkin itu ….
ÿ     Berebut posisi dan pengaruh
ÿ     Berebut popularitas dan harta yang fana

Tetapi …………..
ÿ     Bagiku tidak ada yang lain yang dapat menyukakan diriku selain Engkau saja, Allahku, pengharapanku, keselamatanku yang abadai.
ÿ     Tetapi …. Bagiku tidak ada yang lain yang dapat menyukakan diriku selain melayani dan memberikan nyawaku bagi kemuliaan-Mu

Hal ini memang berat saudara-saudara sekalian …. Akan tetapi kutipan dari Charles Kingsley kiranya menguatkan kita semua:
It is not darkness you are going to, for God is Light.
It is not lonely, for Christ is with you.
It is unknown country, for Christ is there.

ÿ A M I N ÿ