Selasa, 28 September 2010

KEHIDUPAN RAJA UZIA DITINJAU DARI SOCIAL LEARNING THEORY



2 Tawarik 26:1-5
“Ia mencari Allah selama hidup Zakharia, yang mengajarnya supaya takut akan Allah. Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil.”

          Dalam hidup ini tanpa kita sadari, sesunggunya telah terjadi proses belajar-mengajar secara informal. Melalui observasi perilaku, sikap, dan tindakan yang di lakukan oleh sesama, secara tidak langsung kita telah merekamnya dalam ingatan kita. Albert Bandura menyebut proses ini sebagai Social Learning Theory. Bandura berpendapat bahwa “sebagian besar perilaku manusia merupakan hasil observasi melalui proses modeling: dengan mengamati sesamanya, suatu bentuk ide bagaimana perilaku baru dapat dilakukan,  dan selanjutnya informasi yang telah di dapat tersebut menjadi panduan untuk melakukan suatu tindakan.”
          Social Learning Theory memaparkan bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari interaksi kontinu antara  cognitive (pikiran), behavioral (tindakan/perilaku), dan environmental influence (pengaruh lingkungan).  Untuk mencipotakan pola Modeling yang efektif, maka dibutuhkan 4 (empat) unsure penting:
1.     Attention – ada berbagai factor yang harus dipertimbangkan agar dapat memberikan perhatian yang maksimal. Termasuk di dalamnya kehususan, afeksi, kompleksitas, nilai fungsinya, kelazimannya. Kepribadian seseorang sangat mempengaruhi bagaimana ia memberikan perhatian.
2.     Retention – mengingatkan apa yang telah diperhatikan. Termasuk di dalamnya kode-kode simbolis, gambaran-gambaran mental, pengorganisasian pikiran, latihan/repetisi secara simbolis dan motoris.
3.     Reproduction – menghasilkan suatu gambaran. Termasuk di dalamnya kemampuan secara fisik, dan kemampuan mereproduksi secara mandiri.
4.     Motivation – mempunyai alas an yang kuat untuk melakukan imitasi/peniruan. Termasuk motivasi yang didorong oleh masa lalu (perilaku tradisional), janji (menggambarkan intensife yang akan diperoleh), dan berperan sebagai perwakilan (melihat dan mengingat pujian yang akan diterima oleh idolanya).
          Dengan demikian, sesungguhnya kondisi dunia sekitar kita dan perilaku yang kita nyatakan sangat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung terhadap sesame kita.

          Dalam bacaan di atas di nyatakan bahwa Uzia anak dari Raja Amazia, di bawah bimbingan Nabi Zaharia, ia mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kemudian timbullah pertanyaan, “Siapakah Amazia?” “Apakah yang dikerjakan oleh Amazia dan apakah yang terjadi padanya?” dan “Mengapakah Uzia mencari dan hidup takut akan Tuhan hanya selama hidup Zakharia?” Apakah sesungguhnya yang terjadi?

1.     Modeling Effects
·         Siapakah Amazia? – 2 Taw. 25:1-26; 2 Raj. 14:1-22
  • Berumur 25 tahun waktu menjadi raja
  • Memerintah selama 29 tahun
  • Ia melakukan apa yang benar di mata Tuhan, hanya bukan seperti Daud, bapa leluhurnya – bukit-bukit pengorbanan tidaklah di jauhkan.
·         Dari mana Amazia belajar akan hal itu?
·         Keberanian untuk tetap memelihara bukit-bukit pengorbanan di dapat dari orang tuanya.
·         Uzia meniru Amazia, sementara Amazia meniru dari Yoas (2 Raj. 12:2-3 bdg 2 Raj. 14:3-4)
·         Ketika berada di dalam krisis, Yoas, Amazia, dan Uzia mempunyai tipikal penyelesain masalah yang sama – memakai pemikirannya sendiri
1.     Yoas – ketika dalam krisis mengambil perbendaharaan Rumah Tuhan untuk dijadikan uang pendamaian. Yoas berbalik melawan Allah ketika imam Yoyada sudah meninggal (2 Taw. 24:17-19)
2.     Amazia – mengabaikan suara Tuhan karena ia menganggap Tuhan menghalangi rencana/keinginannya
3.     Uzia – berlaku sebagai raja sekaligus imam bagi Yehuda.
4.     Ketiganya rela melwan ketetapan Tuhan demi keinginannya.
·         Dengan demikian dapat dipahami bahwa Apa yang terjadi pada Uzia, merupakan dampak dari sebuah system yang telah terjadi selama ini. Orang tua dan lingkungan telah memwariskan pola attention, retention, reproduction dan motivation yang sangat kuat terhadap dirinya – as predisposing factors.
 
2.     Siapakah Uzia
·         Uzia dipilih bangsa Yehuda menggantikan Amazia ayahnya sejak usia enam belas tahun dan memerintah sampai lima puluh dua tahun lamanya. Satu hal yang langka.
·         Pada awal masa pemerintahannya ia sangat memperhatikan Tuhan -- peranan nabi Zakharia yang menjadi pendamping besar sekali di sini. Berkat Tuhan melimpah ke atasnya. Mulai dari penaklukan bangsa-bangsa Filistin, Amon, dan Arab, bahkan nama Uzia tersohor sampai ke Mesir -- salah satu negara raksasa pada zamannya (ayat 8). Tuhan memberinya kesempatan untuk menambahkan beberapa bangunan dan memperkuat tembok kota Yerusalem, memberkati ekonomi rakyat terutama dalam bidang pertanian dan peternakan (ayat 10). Juga dalam bidang militer, Yehuda menjadi negara yang kuat karena mempunyai pasukan elite yang hebat dan berhasil mengembangkan teknologi militer yang canggih pada zamannya (ayat 11-15).
·         Peran Nabi Zakharia -- Zakharia dipanggil untuk memberikan pimpinan rohani dengan tujuan memperbaharui masyarakat, mengingatkan akan tujuan yang sebenarnya dan mendorong untuk memenuhi kewajibannya menjadi kesaksian yang hidup kepada bangsa-bangsa lain
·         Dampak Kematian Nabi Zakharia – Uzia kehilangan “pegangan hidup” dampaknya adalah
·         Melakukan apa yang merusak, berubah setia kepada Tuhan, dan bahkan bertindak melawan ketetapan Allah.
·         Semasa hidup Zakharia --  Uzia mempunyai orang yang senantiasa membimbingnya untuk menjadi besar, akan tetapi hatinya tidak dibereskan.
·         Sehingga ketika Zakharia mati, ia kembali ke pola/system yang telah di warisi dari keluarganya.
·         Semua Attention, Retention, Motivation, and Reproduction kembali ke pola system yang telah di warisinya dari nenek moyangnya.

3.     Refleksi

·         Hukum Pengaruh
          Dalam Social Learning Theory kita telah belajar bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari interaksi kontinu antara  cognitive (pikiran), behavioral (tindakan/perilaku), dan environmental influence (pengaruh lingkungan).  Dan hal itulah yang telah dilakukan oleh Raja Uzia. Dampaknya adalah ketika ia dekat dengan orang yang tepat (Nabi Zakharia), ia bertumbuh menjadi pribadi yang berkenan kepada Tuhan. Ia mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh.
          Akan tetapi ketika ia tidak bersama lagi bersama dengan Nabi Zakharia, maka ceritanya menjadi lain. Uzia lupa diri, ngelunjak, takabur, arogan, meremehkan Tuhan. Ketetapan Tuhan yang membagi kuasa pemerintahan dari penyelenggaraan ibadah tak ia hiraukan. Ia lancang membakar sendiri ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan di tempat kudus (ayat 17), melecehkan Azarya yang seharusnya bertugas dan marah besar ketika diperingatkan. Akibatnya, Tuhan membuatnya mendadak terkena kusta di dahi yang memaksanya keluar dari rumah Tuhan karena najis. Ia dikarantina karena penyakit itu. Ironis bahwa seorang raja yang tersohor harus mati dalam kesepian dan kesendirian dengan tanda kutuk hadir seterusnya di tubuhnya.
          Bercermin dari peristiwa Uzia dan kebenaran firman Tuhan dalam 1 Kor. 15:33 “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” Maka patutlah kita mulai mengevaluasi diri, “Dengan siapakah kita bergaul sekarang ini?” “siapakah yang menjadi orang-orang terdekatku?”
          Robert T Kiyosaki dalam suatu seminar menyatakan bahwa “Dengan siapa anda menghabiskan waktu, itulah masa depan anda.” Robert Kiyosaki pernah mengikuti sebuah seminar 22 tahun yang lalu dimana instrukturnya meminta Robert menuliskan enam nama orang yang paling sering melewatkan waktu bersama Robert. Kemudian instruktur tersebut menulis dan mengumumkan, “Kalian sedang menatap masa depan kalian, keenam orang yang paling sering meluangkan waktu bersama kalian adalah masa depan kalian.”           Hal ini dapat terjadi karena terjadinya reciprocal determination – lingkungan seseorang akan mempengaruhi perilaku seseorang. Amsal 13:20 berkata,"Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang."
          Oleh karena itu sebelum terlambat, maka pilihlah siapa yang akan menjadi teman dekat Anda dengan hati-hati. Pepatah kuno berkata, "Orang yang berbaring bersama anjing akan bangun bersama kutunya." Thomas Carlyle mengatakan, "Tunjukkan kepada saya orang yang Anda hormati, dan saya akan tahu orang seperti apa Anda, karena hal itu menunjukkan pada saya sosok manusia ideal Anda, dan bahwa Anda ingin menjadi orang seperti itu.”

·         Personal Responsibility
          Dalam hidup ini ada hal-hal yang tidak dapat kita tolak/hindari karena hal itu kita warisi dari orang tua kita – predisposing factors. Akan tetapi, kita bisa membuat strategi agar predisposing factors tersebut tidak menghambat/menghancurkan hidup kita. Ketidak mampuan kita melakukan dealing with predisposing factor, sangat berbahaya. Hal itulah yang di alami oleh Raja Uzia.
          Raja Uzia tidak mampu keluar dari pola hidup yang telah ia pelajari dari orang tua dan lingkungannya. Sehingga ketiadaan Zakaria dan kemasyurannya menjadi pemicu untuk kembali kepada pola hidup yang telah tertanam di dalam hatinya.
          Dari persitiwa ini kita dapat belajar bahwa, dibutuhkan suatu tanggung jawab untuk menginternalisasikan kebenaran. Sehingga kebenaran itu bukan hanya menjadi parts of life namun menjadi kehidupan itu sendiri. Dengan demikian, ada tidak adanya mentor di samping kita, besar kecilnya predisposing factors yang kita warisi tetap akan mampu kita atasi. Sehingga kita bisa memberi melakukan thinking, feeling, and action secara akurat dan tepat.
          Dalam kitab Rom 8:29 di catat bahwa “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Hal ini berarti bahwa The final Purpose of God adalah kita menjadi serupa dengan Kristus. Untuk dapat menjadi serupa dengan Kristus, maka Tuhan memberikan kuasa kepada kita. Yoh. 1:14 mencatat bahwa “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” Dengan demikian persoalan dealing with predisposing factors bukanlah soal bisa atau tidak, namun soal willingness.
          Untuk memiliki kemauan yang kuat untuk berubah menjadi serupa dengan Kristus, maka belajar dari Social Learning Theory kita perlu membuat strategy of Life. Apakah strategy of Life itu?
a.     Mengenali “apakah sesungguhnya yang Aku butuhkan?”. Teori Kebutuhan – Abraham Maslow,  dengan mengetahui kebutuhan dasar, maka kita akan terdorong untuk rela membayar harga. Apakah kebutuhan dasar kita? Memuliakan Tuhan.
b.     Mengembangkan Persepsi Iman. Teori Harapan – Victor Vroom, teori ini beragumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut.
2 Taw. 26:5 “…Dan selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil.”
Untuk dapat terus bertumbuh dalam Personal Responsibility, maka hal kedua yang perlu ada di dalam hati kita adalah keyakinan. Keyakinan bahwa ketekunan kita di dalam berjalan bersama dengan Tuhan, memikul salib, dan menyangkal diri  akan beroleh berkat-Nya.

6 komentar:

  1. selamat pagi,
    saya ingin bertanya, sebab saya masih bingung dengan beberapa ayat yang saya baca,,
    dalam silsila Tuhan Yesus disana disebutkan bahwa Raja Uzia adalah anak Raja Yoram, tapi saya baca dalam kitab 2 Raja-raja Uzia ( Azarya ) adalah anak dari Raja Amazia, sebenarnya mana yang benar Uzia anak Yoram atau anak Amazia?? trima kasih

    BalasHapus